Minggu, 12 April 2015

Prestasi Anak, Bukan Orang Tua

Prestasi Anak, Bukan Orang Tua
Foto Koleksi Muarif K Shiddiq
Arifhikmah - Prestasi merupakan wujud dari bakat dan kemampuan anak. Bakat adalah potensi yang ada pada anak dan dibawa sejak lahir sementara kemampuan merupakan usaha kesanggupan anak untuk melakukan sesuatu. Bahkan dan kemampuan harus diasah dan dikembangkan melalui latihan yang terus menerus supaya bisa berprestasi.
Sekolah hanya salah satu sarana saja untuk melatih dan mengembangkan bakat dan kemampuan anak. Terkadang kita menjadikan sekolah sebagai satu-satunya sarana untuk mengembangkannya. Terkadang juga kita memandang sempit terhadap prestasi yang diperoleh anak. Anak jujur, anak disiplin, anak memiliki perilaku mengesankan tidak pernah kita apresiasi sebagai sebuah bentuk prestasi.
Ketika ukuran prestasi itu nilai dan angka, anak akan merasa cemas atas hasil yang dibawah standar. Bisa jadi ia tidak memperlihatkan hasil belajar di sekolah lantaran khawatir kena semprot orang tuanya. Apa jadinya ketika orang tua menganggap anak memiliki nilai baik, sementara gurunya menganggap orang tua anak mengetahui jika anaknya memiliki kemampuan dibawah standar (ukuran nilai dan angka).
Berilah kesempatan kepada anak untuk merasakan hal-hal dibawah standar yang kita harapkan. Anak bisa jadi sudah tertekan dengan capaian nya, jangan menambah tekanan kepada anak dengan rasa marah dan kecewa. Ajak saja anak supaya menyadari hasil kerja kerasnya, dan terus beri semangat supaya berusaha lebih baik untuk mencapai prestasinya.
Perhatikan apa yang anak dapatkan dari apa yang disajikan berbagai media. Tetap memberikan kontrol terhadap segala informasi yang didapatkan anak. jangan sampai anak mengkonsumsi semua informasi dari media yang ia dapatkan. Bisa jadi ada informasi yang sebetulnya belum perlu untuk dia peroleh. Bisa jadi semua informasi yang diperolehnya malah membingungkan anak, bukan malah mendorongnya untuk mencapai prestasinya. Termasuk juga pengaruh informasi dari lingkungan pergaulan anak.
Sekolah juga harus berperan dalam mendukung anak bisa berprestasi. Jangan sampai anak hanya mendapatkan kesan rutinitas kewajiban saja untuk bersekolah. Sekolah juga berusaha mungkin menyediakan ruang apresiasi terhadap semua potensi anak yang selama ini dominan hanya terhadap aspek intelektual, seni dan oleh raga.
Orang tua harus memahami anak sebagai sosok yang utuh, sosok yang unik, sosok yang memiliki kemampuan. Terkadang ukuran prestasi itu hanya pada yang nampak dari kemampuan intelektual, menjadi juara kelas, juara olimpiade, dst. Orang tua semestinya menyadari bahwa sebagai pribadi yang utuh, anak memiliki berbagai potensi yang bisa kita apresiasi. Anak juga harus diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Jangan memaksakan keinginan kita terhadap anak.
Prestasi anak bukanlah prestasi untuk orang tuanya sehingga orang tua memaksakan keinginannya. Biarkan ia tetap menjadi prestasi anak yang dengannya anak bisa berusaha untuk mencapai prestasi sesuai keinginannya. Tugas kita hanya memberikan arahan dan koreksi atas keinginan dan usaha yang telah dilakukan anak.

Inspirasi: Psikologi Anak dan Pendidikan, Kumpulan tulisan ulang Zainul Muttaqin dari berbagai sumber.

Posting Komentar